Dia
I
Bagiku,
Dia
lelaki paling wahid
Terlahir
enam windu sebelum September dieksplosi atas nama Ibnu Laden
September
dengan rona bumi saat hujan pertama
Dan
aku bersumpah demi surga di telapak kaki Tsurayya
Dia memang yang paling wahid
Dia
II
Bagiku,
Rumah
kami adalah sejuk Kausar dan rerimbun Syajar
Tapi
aku telah berantah hendak mendegradasi jahiliah
Padahal jahiliah sendiri lebih uzur dari lelaki wahidku
Dan sekarang aku rindu surgaku
Dia III
Bagiku,
Penghujan tak pernah mangkir
Dan Malang masih saja menggilir musim
Aku
terlupa bertanya kabar lelaki wahidku
Kutunggui tumpahan atap
lazuardi yang kian menggelap ketika penghujan
Aku
mengenang
air yang menggantung di pucuk daun palem setiap pagi dan senja
Wajahnya
ikut terantuk dalam sepersekian detik air itu jatuh ke tanah
Kemudian eklapsi wajah wanitanya yang membuatku semakin
sendu
Salam kerinduan untuk lelakiku paling
wahid dan tsurayyanya
Malang,
16 Mei 2012
Siti
Zahrotun Nisa’ BintZein
Tidak ada komentar:
Posting Komentar