Selasa, 05 Juni 2012

Mereka



Aku
Mereka
Aku bisa jadi mereka
Atau aku bukan mereka
Mereka reka akuku
Aku aku rekanya
Tapi aku tak mau ada dalam reka mereka
Dan mereka tak pernah ada dalam akuku
Cukup aku
Cukup mereka
Tak ada kita

Rabu, 16 Mei 2012

Dia, Lelakiku Paling Wahid



Dia I
Bagiku,
Dia lelaki paling wahid
Terlahir enam windu sebelum September dieksplosi atas nama Ibnu  Laden
September dengan rona bumi saat hujan pertama
Dan aku bersumpah demi surga di telapak kaki Tsurayya
      Dia memang yang paling wahid

Dia II
Bagiku,
Rumah kami adalah sejuk Kausar dan rerimbun Syajar
Tapi aku telah berantah hendak mendegradasi jahiliah
     Padahal jahiliah sendiri lebih uzur dari lelaki wahidku
     Dan sekarang aku rindu surgaku

Dia III
Bagiku,
Penghujan tak pernah mangkir
Dan Malang masih saja menggilir musim
Aku terlupa bertanya kabar lelaki wahidku
Kutunggui tumpahan atap lazuardi yang kian menggelap ketika penghujan
Aku mengenang air yang menggantung di pucuk daun palem setiap pagi dan senja
Wajahnya ikut terantuk dalam sepersekian detik air itu jatuh ke tanah
Kemudian eklapsi wajah wanitanya yang membuatku semakin sendu

Salam kerinduan untuk lelakiku paling wahid dan tsurayyanya
Malang, 16 Mei 2012
Siti Zahrotun Nisa’ BintZein