Jumat, 21 Maret 2014

"The Shadow of Ma Love in Math”



“CINTAKU DALAM KAIDAH MATEMATIKA”


Ketertarikan ini benar-benar tak dapat diinterpretasikan. Setiap yang berhubungan denganmu jadi serba kalkulatif. Hingga dirimu telah menjadi bagian dari perhitungan matematika yang rumit. Kau tiba-tiba menjadi figure ‘implikasi’ yang mendefinisikan suatu pernyataan ‘jika-maka’,
Ø  Jika kau adalah bilangan berpangkat, maka aku adalah akar pangkat. Karena akar pangkat selalu bisa menjadi pemungkin bagi bilangan berpangkat.
Ø  Jika kau adalah bilangan matriks, maka aku adalah dua kurung matriks. Karena bilangan matriks tak mampu beraktivasi tanpa adanya dua buah kurung itu.
Tapi ketika semuanya serba rumit, kau datang, dan segalanya menjadi semakin sulit. Yah, semakin sulit. Karena aku semakin sulit menentukan sikap. Kau membuat setiap perhitungan serba kacau. Seandainya hatiku adalah sebuah bola, maka cintaku adalah diameternya. Dan kau adalah volumenya. Hatiku terasa semakin terisi, semakin penuh, semakin sesak, dan diameternya semakin memanjang  karena keberadaanmu.
Selanjutnya kau menjelma menjadi semacam sudut-sudut trigonometri berupa ‘sin’, ‘cos’ dan ‘tan’, atau sebaliknya berupa ‘sec’, ‘cosec’, dan ‘cotan’, yang sulit diperhitungkan meskipun kau adalah sudut istimewa yang selalu bernilai positif karena berada pada nilai perbandingan trigonometri kuadran I.
Ah, karenamu. Aku jadi tahu mengapa cinta itu sulit dirumuskan dalam ilmu matematika, rumit diintegralkan dan diturunkan, dan ia satu-satunya nilai yang mampu menembus arogansi limit karena nilainya tak pernah rill sehingga selalu menghasilkan nilai tak hingga meski disubtitusikan dalam bentuk apapun.

“…Untuk seseorang yang belum ada wujudnya, tapi eksistensi ruhnya telah diciptakan untukku sejak zaman azali…”

 2011