Senin, 09 September 2013

Serpih Pertama



Semarang, 9 September 2013
Kagem; Mba Nisa’, Sahabat ku tersayang

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
                Alhamdulillah segala syukur terhatur pada Dzat pemberi cinta, Dzat yang selalu memeluk erat setiap hamba meski dirinya sering terlelap dalam ketaksadaran. Shalawat bertangkaikan salam semoga tetap tercurah pada sang penyekat awan jahiliyah beliaulah Nabi Muhammad SAW, pada beliau kita mencontoh segala sikap dan spirit untuk terus berkarya.
                Berkarya tak selalu dalam bentuk tulisan tapi lebih dari itu. Banyak aspek yang menjadi wadah untuk menyalurkan segenap respon yang kita fahami atas tafsir kehidupan. Karya tersebut bisa terejawantahkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tulisan. Sedangkan bentuk terakhir inilah yang turut berkontribusi pada zaman keemasan Islam. Aktivitas ini pula yang telah menjadikan para ulama terdahulu masih hidup di tengah-tengah kita. Jasanya masih mengabadi lintas generasi dan sepanjang masa. Lebih dari itu, berkarya hemat saya adalah bagian dari bagaimana kita mensyukuri hidup ini.
Iftitah
                Berawal dari kegelisahan saya menyampaikan maksud baik qlo pada Njenengan (Nje) Mba Nisa, yaitu untuk mengawal hari depan dengan “Program Pacaran” ini. Hehe. Lucu njeh Mba?. Tidak lain akar dari maksud baik qlo adalah dari satu kata kunci, ‘Keyakinan’. Yah, saya yakin dengan aktivitas kita ini, nantinya pasti akan memberi keberkahan yang tak terduga. Bahasa lainnya adalah keajaiban. Karena keajaiban itu sendiri adalah gerak langkah nyata untuk terus mendayagunakan potensi yang telah Allah titipkan. Selain itu, juga bermula dari keresahan tentang out-put yang selama ini qlo dapatkan dari bangku kuliah. Semakin saya berfikir lebih dalam, menulis adalah jawaban untuk mengais hikmah dari pejalanan spiritual ini.  
                Kalau boleh jujur, sebenarnya qlo minder dengan Nje Mba. Saya belum bisa menulis secakap dan sebaik Nje. Saya tidak sehebat dan secerdas Nje. Jika saya membayangkan sosok sayyidah Aisyah, bagi saya pean sudah representatif Mba, hehe. Niki gombal njeh Mba? Saestu mboten koq Mba. Qlo akui bahwa Nje itu memang perempuan cerdas yang berani berfikir kreatif. Berbeda dengan saya Mba. Saya perempuan biasa yang ndak dinamis kecuali kalau dapat stimulus dari luar. Demikian pun sifatnya fluktuatif Mba. Tapi akhirnya saya menepis semua perasaan yang tiada ujungnya demi satu visi misi besar yakni saling belajar. Sebagaiamana yang kita tahu, likulli nas maziyyah. Begitu pula Allah menciptakan setiap makhluk-Nya untuk saling melengkapi njeh Mba?.
                Di samping itu, harapan qlo dengan adanya program kita ini tidak mengganggu proses perkuliahan dan hal penting lainnya yang wajib kita prioritaskan. Oleh karena itu sifatnya fleksibel. Tidak boleh dipaksakan. Tapi lebih pada adanya komitmen bersama. Sehingga yang lahir bukanlah rutinitas yang membosankan tapi menyenangkan. Bukan kewajiban tapi kebutuhan. Bagaikan kebutuhan kita pada nutrisi dan vitamin. Maka jika tanpa itu hidup jadi kurang sehat njeh Mba. Sedangkan muatan dari setiap surat yang kita kirim tentunya tidak dibatasi dari persoalan apapun, dari ide apapun dan dari arah mana pun. Simpelnya, sharing bersama dan have fun terkait hal yang menarik dan lain hal yang ingin kita diskusikan. Berhubung saya penulis pemula jadi mohon maaf sebelumnya jika nanti tulisan qlo hanya sederhana njeh Mba, J
                A.S Laksana sering mendeklarasikan bahwa Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Dari statmen tersebut sebenarnya kita di ajak untuk aktif membaca dan menulis. Jadi membaca dan menulis merupakan satu paket aktivitas yang tak bisa dipisahkan. Kebermanfa’atan membaca selalu berbanding lurus dengan intensitas menulis. Tapi, dalam kesempatan lain Laksana pun menegaskan yang bisa sarikan dengan “Menulis Jelek tidak masalah dari pada tidak menulis sama sekali”. Saya yaki formula tersebut muncul dari pemahannya atas semua keberlangsungan dalam kosmos ini membutuhkan proses. Proses tertatih-tatih, proses kembali mengeja aksara, proses kembali bangkit dan berdiri untuk ke sekian kalinya dsb. Karena Jiwa pemenang adalah mereka yang bermental baja tidak kenal putus asa.
Tentang Ibu
                Pada kesempatan awal ini saya ingin memulai dari satu sumber energi sakti yang tidak pernah sirna dan purna. Selalu mematahari dan mempurnama. Narasi tentang Beliau pun bagaikan air lautan yang begitu luas tak bertepi.
                Suatu ketika beliau menceritakan tentang satu bentuk pengabdian dalam membangun keluarga yang harmoni. Hidup dengan finansial yang pas-pas an dan bekal seadanya Beliau lalui dengan mengawali hari sedini mungkin. Tepat pukul dua pagi Beliau sudah mulai bertandang menyelesaikan seluruh aktivitas dan pekerjaan rumah. Mencuci pakaian, mencuci piring, mengelap debu, menyapu alas rumah yang berlantaikan tanah hingga selalu ada pisau di samping sapu untuk mencukil sekelumit kotoran jikalau ada yang bertempat di sudut ruangan. Selepas subuh mulai memandikan tiga buah hati yang masih kecil-kecil. Karena dalam tempo lima tahun kami dari tiga bersaudara telah lahir dan bersentuhan dengan jagat raya ini.
                Sepenggal perjuangan tersebut begitu menginspirasi. Beliau mengajari saya betapa pentingnya arti kerja keras, disiplin dan tanggung jawab. Secara otomatis sudah selayaknya saya sebagai Mahasiswa yang mempunyai sederet tugas dapat mencontoh perjuangan tersebut. Makalah dapat diselesaikan tepat waktunya bukan mepet. Tepat berarti mempunyai persiapan yang matang untuk mempresentasikan atas ide-ide dan data yang telah terinventarisir dalam sebuah makalah. Tapi sayangnya mepet lebih dekat dengan qlo Mba. Kalau deadline belum di depan mata maka yang ada hanyalah bayang ilusi keni’matan menunda dan berleha-leha. Maka dengan pemahaman ini semoga selanjutnya bisa menjadikan qlo lebih bisa mengoptimalkan kesempatan dan waktu seefektif dan seefesiensi mungkin.
                Kita sebagai perempuan menertibkan pekerjaan rumah tentunya merupakan harga mati yang tak bisa di tawar. Dimana peran seorang wanita begitu vital dalam hal ini. Bukan bermaksud menafikan peran perempuan dalam ranah publik atau mendiskreditkan keberadaan perempuan tapi lebih pada bagaimana kita bisa seimbang untuk go public dan menjaga keharmonisan keluarga. Terlebih dalam hal mengasuh putra-putri. Domain ini menjadi poin penting demi tumbuh kembang psikologi anak. Karena kita tidak ingin melewatkan momentum tersebut. Dimana Kebersamaan dengan keluarga adalah kado terindah bagi setiap kita.
                Jika Nabi Muhammad memiliki management dan leadership yang baik terbangun dari kesempatan menggembala kambing. Maka saya kira kita sebagai perempuan bisa merengkuh hal tersebut dengan menjadikan ‘pekerjaan rumah’ sebagai mediasi. Media membangun kedewasaan dan kematangan secara intelektual, emosional dan spiritual. Dimana dibutuhkan kerja cerdas agar menghasilkan kualitas.
                Mba Nisa,, inilah sedikit curahan hati qlo kali ini. Semoga selanjutnya bisa lebih renyah njeh Mba. He. Kurang lebihnya mohon maaf. Terima kasih untuk semuanya. Teriring doa jazakumullah ahsanal Jaza, Jazakumullah khoiron katsiro.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar